Konsep psikologi
tentang manusia kaitannya dengan dakwah
Manusia dalam pandangan
psikologi adalah makhluk yang memiliki dua dimensi yang menyatu, yakni jiwa dan
raga (psiko-psikis). Jiwa itu abstrak beradaa dalam raga, selama ia berada dan
menyatu dengan raga menjadi satu kesatuan yang disebut individu, maka selama
itu pula disebut manusia.
Objek kajian psikologi
adalah prilaku yang merupakan manifestasi jiwa itu sendiri. Begitupula dengan
psikologi dakwah ynag mempunyai tugas memaparkan prilaku da’i dan mad’u. Jadi
antara psikologi umum dan psikologi dakwah memiliki objek kajian yang sama
yaitu prilaku manusia.
Ada lima prespektif
yang dapat digunakan untuk melihat prilaku diantaranya: pertama, Perspektif Neurobiologis yang mengatakan bahwa
“pengkondisian” melibatkan perubahan hubungan di antara neuron-neuron atau sel
sarafnya. Maksudnya bahwa biologi mengkontribusikan motif dan emosi manusia,
sehingga adanya hubungan yang erat antara kegiatan otak dengan prilaku dan
pengalaman individu. Jadi aktivitas otak dan sistem saraf mempengaruhi perilaku
manusia. Kedua, Perspektif Behavioral
yang menyatakan bahwa perilaku harus menjadi satu-satunya masalah utama dalam
psikologis. Salah satu teorinya adalah psikologi stimulus-respon (S-R). Teori
tersebut mengatakan bahwa manusia mempelajari stimulus (rangsangan) yang nyata
di lingkungan sehingga adanya respon dari stimulus tersebut berupa perilaku
yang terefleksikan dalam kehidupan. Ketiga,
Perspektif kognitif yang menyatakan bahwa manusia tidak hanya merupakan
reseptor yang pasif terhadap stimulus. Prilaku manusia itu dalam teori ini
sangat kompleks, banyak bidang penting dari fungsi manusia seperti Persepsi,
proses belajar,
kemampuan memori,
atensi,
kemampuan bahasa
dan emosi.
Keempat, Perspektif Psikoanlalitik
yang menyatakan bahwa sebagian besar prilaku manusia berasal dari proses bawah
sadar. Manusia memiliki Id (ilham fujur), ego (ilham takwa) dan superego
(sebagai pengendali keduanya yang akan terefleksikan dalam prilaku). Kelima, Perspektif Humanistik yang
menyatakan bahwa individu bebas memilih dan menentukan prilakunya namun ia
bertanggung jawab atas perilaku itu.
Dalam psikologi dakwah
kelima perspektif tersebut sangat penting sekali, karena akan membantu da’i
sebagai pelaku dakwah dalam menentukan metode mana yang akan dipakai ketika
melakukan kegiatan dakwah yang sesuai dengan perspektifnya dalam memandang
prilaku. Kelima perspektif tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis
perlikau da’i maupun mad’u, misalnya saja perspektif neurobiologis dan
perspektif behavoiral. Dari kedua perspektif tersebut dapat digunakan dalam
proses dakwah dengan cara membuat stimului yang relevan dengan respon yang
diharapkan selaras dengan tujuan dakwah. Maksudnya seorang da’i harus memahami
keadaan lingkungan sekitar untuk memberikan stimului atau rangsangan kepada
mad’u agar mendapatkan respon dari mad’u dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Dan
ketiga perspektif lainnya dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memilih
metode mana yang tepat untuk berdakwah kepada mad’u dengan prinsip menghargai
mereka, memberikan pilihan prilaku, dan mengarahkan bahwa sadar mereka pada
nilai-nilai yang sesuai dengan nilai ajaran agama.
Perbedaan Psikologi
Barat dengan Psikologi Islam
1. Jika Psikologi Barat
merupakan produk pemikiran dan penelitian empirik, Psikologi Islam , sumber
utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang
jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling
mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu
menafsirkan kitab suci.
2. Jika tujuan
Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah
laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang
baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.
3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya
di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi
Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan
merasa dekat dengan Allah SWT.
4. objek kajian
psikologi islam adalah ruh yang memiliki dimensi illahiah (teosentris),
sedangkan objek kajian psikologi kontemporer Barat berdimensi insaniah
(antroposentris).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar